Kamis, 05 Mei 2011

Lets Be A Little Child


Kalo kita pernah dengar orang marah2 “jangan kayak anak kecil ah, dewasa dikit dong…!” biasanya dijawab “emang siapa yang kayak anak kecil ?!” dan akhirnya pertengkaran itu berbuntut panjang kali lebar.

Hmm, emang kenapa sih dengan anak kecil ? cengeng ? bisa jadi. Manja berlebih ? kadang-kadang. Egois ? mungkin aja.. lalu, jadi orang dewasa itu asik ??
hmph, jadi orang dewasa itu rumit dan banyak tanggung jawab. Harus bayar ini dan itu, mengurusi banyak hal sampai lupa untuk beristirahat barang sejenak, bahkan terjebak pada perasaan hati yang rumit dan kompleks akibat ulah diri sendiri (curcol booo, curhat colongan :ngakak☺

Padahal, coba lihat anak-anak kecil disekeliling. Mereka bebas menikmati dunia, bermain dan belajar dengan riang, dan gak takut mencoba-coba hal yang baru. Dunia dan apa yang ada diatasnya, bgai kotak maninan yang gak habis untuk dijelajahi dan dikagumi.
Daaaaan, sifat baik yang dimiliki oleh anak kecil aalah jiwa positif serta sifat yang mudah memaafkan.
Kemaren malam, karena terlalu lelah saya lupa menyuapi Aisyah (batita saya yang berumur 1 tahun). Harusnya saya menyuapinya, tapi saya malah tertidur pulas (kebetulan Aisyah ikut bobo sehingga saya mengira dia sudah kenyang), karena dia sebenarnya masih lapar, tengah malam dia terbangun dan langsung muntah-muntah. Saya panik, tapi sempat ingat kalau belum memberinya makan. Akhirnya saya bangun, membuatkan dia makanan dan saya suapi sambil jalan-jalan keliling rumah. Sambil menyuapi, saya minta maaf dan memeluknya dan dibalas dengan senyuman dan dia mulai asik bermain (akhirnya saya menemaninya bermain di tengah malam +_+ sambil menyuapinya ++_++).

Saya takjub dengan kecepatan batita saya untuk memaafkan kedodolan bundanya. Padahal, kalo kasus ini terjadi paa orang dewasa, tentu penerimaan dan reaksinya akan berbeda, dan mungkin saja akan berbuntut panjang. Lihat saja, Ayah pulang dari kantor jam 9 malam, lelah berkutat dengan pekerjaan kantor yang menumpuk, sampai dirumah mendapati istrinya tertidur pulas. Tentu yang ada di hati suami adalah “istriku ini kok gak amanah banget ya. Masa gak masak ?!” padahaaal, mungkin saja si istri sakit, lalu bertengkarlah mereka. Akibatnya bisa jadi anak-anak menjadi resah karena orang tuanya selalu bertengkar, prestasi mereka di sekolah menurun, menjadi pasif dalam pergaulan, dan bla bla bla…..

Lihat kan, betapa anak-anak kecil bisa menyikapi kesalahan dari lingkungannya dengan sangat easy. Tidak ada prasangka, tidak ada permusuhan, yang ada jiwa positif dalam memandang dunia dan orang-orang yag hidup diatasnya. Dan kadang2, kita “orang-orang dewasa” ini harus bisa mencontoh kepositifan mereka.

And, there is nothing wrong being a little child,
Jadi, jika ada yang bilang “jangan kayak anak kecil ah ?!” saya pun akan menjawab “aih, jadi anak kecil itu menyenangkan lageeee..!” ^^v

Yuk Ceritakan Kisah-kisah mereka

“how do you expect your chidren to listen their parents… Tarzan lives hal-naked, Cinderella comes back at midnight, Pinocchio lies all the time, Alladin is King Of thieves, Batman drives 320 km/h, Sleeping Beauty is lazy, and Snow White lives with 7 guys. We shouldn`t surprise if kids misbehave ! they get it from their story books !”



Sebuah status lucu yang dipasang oleh salah satu teman saya di Facebook. Maksudnya kurang lebih kita gak bisa mengharapkan anak2 menuruti perkatan orang tua karena contoh2 gak baik ternyata diikuti mereka dari buku ceritanya. Bahwa Tarzan berpakaian setengah telanjang, Cinderella keluar sampai larut malam, Pinokio selalu berbohong, Aladin yang Raja Pencuri, Batman yang pengendara ugal-ugalan, Putri Tidur adalah gadis pemalas, dan Putri Salju hidup bersama dengan 7 pria. Lucu, tapi juga saya rasa mengandung arti yang sangat dalam.

Bukan rahasia lagi kalau cerita-cerita dongeng adalah cerita pengantar tidur yang tidak pernah terjadi di kehidupan nyata. Cerita-cerita dongeng hanya hidup di alam imajinasi penulis lalu ditungkan kedalam buku. Kisahnya seputar pencarian pangeran tampan menempuh bahaya besar, bertemu musuh (biasanya berupa penyihir dan naga) untuk menemukan sang puteri cantik yang menunggunya nun jauh disana. Semuanya ? hampir semuanya. Sebut aja Rapunzel, Puteri Tidur, Puteri Salju, dan lain-lain. Membawa anak-anak yang beranjak besar ini memiliki alam imajinasi yang luas, yang harapannya menjadikan mereka tumbuh menjadi anak yang cerdas.

Penelitian menunjukkan, bahwa kebiasaan menceritakan dongeng di sela-sela waktu bermain atau sebelum anak tidur dapat memanbah perbendaharaan kata, pemperluas imajinasi dan mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak. Dan biasanya, kisah-kisah yang didongengkan sebelum tidur akan diingat anak sampai besar. Saya ingat, waktu masih kelas 4 SD Om saya selalu mendongeng sebelum saya dan adik saya tidur. Dongeng yang dikisahkan beliau bukan dongeng negara luar, tapi tentang kisah pewayangan, juga tentang kehidupan ssehari-hari. Meski saya sudah mulai lupa dengan dongeng2 apa saja yang beiau kisahkan, tapi om saya ini menjadi om paling oke diseluruh dunia ☺

Okay, balik ke pembahasan awal (berat amaddd), jadi membacakan dongeng untuk anak adalah sesuatu yang bermanfaat, baik orang tua atau anak. Sekarang saya ingin menawarkan sesuatu, daripada membacakan dongeng, gimana kalau kita mulai menceritakan kisah para nabi atau kisah hidup para sahabat ? dan buat temen-temen non muslim, juga bisa menceritakan kisah para rasul atau perjalanan para santo. Karena, dibandingkn dengan dongeng2, kisah hidup mereka menurut saya lebih berhak untuk diceritakan kepada anak-anak kita, dan nilai keteladanan yang terkandung lebih rasional untuk dicontoh oleh anak-anak, ditambah lagi mereka akan memiliki role model yang nyata.
Satu kisah yang saya ceritakan untuk Aisyah adalah kisah ketika Khalifah Ali ra menemukan baju zirahnya sedang dijemur di halaman milik seorang Yahudi. Beliau penasaran dan menanyakan kepada Yahudi itu perihal baju zirahnya. Si Yahudi menyangkal bahkan bersumpah bahwa itu baju zirah miliknya. Khalifah Ali yang begitu mengenali baju zirah itu pun bersikukuh bahwa baju zirah itu adalah miliknya. Akhirnya keduanya bersepakat untuk membawa perkara mereka ke pengadilan (bayangkan, seorang Khalifah sekelas presiden bersedia membawa permasalahannya ke pengadilan. Bagaimana presiden kita sekarang ? ☺)di pengadilan tersebut Khalifah Ali mengadukan halnya kepada hakim Syuraih. Hakim ini terkenal jujur. Setelah mendengarkan pengaduan Khalifah Ali dan si Yahudi, hakim Syuraih meminta Khalifah untuk mendatangkan dua orang saksi yang memperkuat argumentasinya. Khalifah pun hanya bisa mendatangkan kedua anaknya Hasan dan Husain ra karena hanya kedua anaknya yang benar-benar mengenali baju zirah milik ayahnya. Karena hukum saat itu menolak kesaksian keluarga, maka klaim Khalifah atas baju zirahnya ditolak dan hakim Syuraih memenangkan si Yahudi. Meski kalah, Khalifah tetap tersenyum ikhlas dan merelakan baju zirahnya diambil oleh si Yahudi. Begitu keluar dari tempat persidangan, si Yahudi mendekati khalifah dan berkata ‘wahai Khalifah, baju zirah ini memang milikmu. Aku yang mengambilnya saat terjatuh dari kudamu di sebuah peperangan. Aku terkesan dengan keadilan Islam dan terharu dengan kebesaran akhlak anda. Kini aku kembalikan baju zirah ini, dan aku nyatakan untuk memeluk Islam…”
Khalifah Ali ra semakin berseri-seri dan memeluk si Yahudi seraya berkata “aku hadiahkan baju zirah ini untukmu…” subhanallah *saat menulis ini, mata saya berkaca-kaca :`)*
Kejadian ini benar nyata terjadi di zaman beliau dan saya ingin Aisyah suatu hari bisa meneladani kebesarah dan ketulusan hati Khalifah Ali bin Abi Thalib ra yang juga sahabat juga menantu Rasulullah SAW.

Menceritakan kisah dongeng, tentu baik untuk perkembangan anak dan semakin merekatkan kedekatan orang tua dengan anaknya. Tapi menurut saya, menceritakan kisah para nabi atau perjalanan hidup orang-orang yang tidak diragukan lagi kemuliaannya akan membawa efek yang lebih dahsyat ketimbang dongeng. So, mari ceritakan kisah-kisah mereka yuuuuu